Bahasa Indonesia
Maria Josephine
chaterine maramis atau maria walanda maramis, lahir di kema kabupaten minahasa
utara, dekat kota airmadidi provinsi Sulawesi utara pada tanggal 1 desember
1872. Orang tuanya adalah maramis dan sarah rotinsulu. Maria adalah anak ke
tiga dari tiga bersaudara, kakak perempuannya bernama antje dan kakak laki
lakinya bernama andries.
Maria menjadi yatim pitu
pada saat berusia 6 tahun dan diasuh oleh pamannya yang bernama rotinsulu,
maria beserta kakak perempuannya dimasukan sekolah melayu di maubi. Sekolah itu
mengajar ilmu dasar seperti membaca, menulis, dan sedikit ilmu pengetahuan dan
sejarah.
Maria menikah pada umur
18 tahun dengan yosephine frederik calusung walanda, seorang guru bahasa di HIS
manado
Maria adalah sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat,
pejuang kemajuan, dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Srikandi dari minahasa ini juga ditahbiskan sebagai salah satu perempuan
teladan minahasa pada tahun 1981 yang memiliki bakat istimewa dalam menangkap
hal apapun untuk mengembangkan daya pikirnya, dan mudah menampung segala
pengetahuan sehingga sering dianggap lebih maju dari pria.
Maria menulis artikel di
surat kabar manado, tjahaya siang, tentang pentingnya peranan ibu dalam
keluarga, seperti mengasuh dan menjaga kesehatan keluarga, dam member
pendidikan awal pada anaknya. Maria bersama beberapa orang mendirikan pencinta
Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT), pada tanggal 8 juli 1917. Dengan
tujuan mendidik perempuan yang tamat sekolah dasar.
Pada tanggal 22 april
1924 pada umur 51 tahun maria walanda
maramis meninggal dunia. Untuk menghargai peranannya maria walanda maramis
mendapatkan gelar pahlawan pergerakan nasional pada tanggal 20 mei 1969. dari
pemerintahan Indonesia. Masyarakat minahasa memperingati hari ibu maria walanda
maramis setiap tanggal 1 desember dan membangun patung walanda maramis di
kelurahan komo luar, kecamatan weang, yang tidak jauh dari pusat kota manado.
Bahasa Inggris
Maria Josephine Catherine Maramis or maria Walanda Maramis,
born in kema minahasa northern district, near the city Airmadidi northern
Sulawesi province on the 1st December 1872. His parents were Maramis and sarah
Rotinsulu. Maria was the third child of three siblings, older sister named
Antje and her brother named Andries.
Maria was orphaned at the age of 6 years old and was raised by his uncle who named Rotinsulu, along with her sister maria entered school in maubi melayu. Schools that teach basic science such as reading, writing, and a little science and history.
Maria was married at the age of 18 years with Frederik Yosephine calusung Walanda, a language teacher at HIS Manado.
Maria is a figure that is considered as a battering ram custom, warrior progress, and the emancipation of women in politics and education. Heroine of this minahasa also ordained as one example minahasa women in 1981 who had a special talent in capturing any case to develop the power of thought, and easily accommodates all the science that is often considered to be more advanced than men.
Maria wrote a newspaper article in Manado, Tjahaya siang, about the importance of the role of the mother in the family, such as parenting and family health, early education dam on their members. Maria with some people setting up lover Love Mother To Child derivative (PIKAT), on 8 July 1917. With the purpose of educating women who complete primary education.
On 22 April 1924 at the age of 51 years maria Walanda Maramis died. To appreciate the role maria Walanda Maramis earned her a national hero of the movement on 20 May 1969. from the Indonesian government. Minahasa communities commemorate Mother's Day maria Walanda Maramis every 1st of december and build a statue in the village Komo Walanda Maramis outside, weang district, which is not far from city center Manado.
1 komentar:
g
Posting Komentar